Seni Karya Bicara Perubahan Kota


Angga Prasetyo | 13.00 |


Seni Karya Bicara Perubahan Kota
Lima bersaudara Pandawa yang terdiri dari Pudistira, Pima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa tengah asyik bermain dadu. Mereka memainkan permainan yang sekarang digandrungi bahkan membuat ketagihan banyak orang, main dadu yang sekarang berarti judi. Pandawa main merupakan sebuah karya wayang beber yang berisi sindiran atas perilaku manusia.
Selain pandawa main dadu, masih ada wayang beber yang menceritakan tentang kisah ramayana yang berjudul akhiri cerita ; rebutan balung, dan memanas. Sederet wayang beber tersebut disuguhkan oleh mahasiswa seni karya isi solo yang bergabung dalam Krissi dalam pameran seni karya bertajuk sumringahyang diawali sabtu (15/11) malm.
Tidak seperti biasanya, komunitas krisso tampil di kampus, namun mereka mencoba srawung ke masyarakat dengan menggelar karya di megaland lantai dasar, solo, sebuah ruang publik yang masih awam dengan seni karya.
Wayang beber mmang memiliki dimensi yang berbeda dibandingkan dengan wayang lainnya. Tidak menggunakan dimensi bayangan seperti wayang kulit atau dimensi bentuk manusia seperti wayang orang, wayang beber yang berdimensi gambar  inipun seperti bersuara tentang sepak terjang  yang dilakukan saat ini.
Wayang beber merupakan salah satu media untuk bercerita karena setiap lembaran –lembarannya memiliki alur cerita. Selain itu wayang beber lebih mudah dipahami karena ada penggambaran tokohnya,”kata Sigit Pamungkas,anggota krisso yang juga ketua panitia pameran seni karya tersebut.
Kritik tajam
Tidak hanya beber komunitas krisso pun menyuguhkan karya-karya mix media dan patung yang juga mencurahkan  kritiokan tajam terhadap pergolkan yang tengah terjadi di Kota Solo.
Meskipun tajuk pameran seni karya tersebut  sumringah namun syarat  dengan dsindiran dan kritikan tajam serta bentuk keprihatinan. Aries BM menorehkan keprihatinannya atas mallisasi dan berdirinya  bangunan-bangunan megah menggeser bangunan cagar budaya lewat karya keramik bertajuk city iron shoes. Keprihatinannya tersebut diwakilkan lewat sepatu yang overload dan hampir jebol karena didalamnya berisi bangunan-bangunan yang menjulang tinggi.
            “Itu sperti pembangunan yang dipaksakan. Saya menggunakan simbol sepatu karena sepatu berarti sebuah gerakan’ gerakan merealisasi dan sejenisnya,” kata aries saat dijumpai di sela-sela pameran .
Selain itu juaga karya patung metal bertajuk tradisi yang terpacul, yang juga sarat dengan sendirian.
Komunitas krisso seperti memboyong seluruh karya mereka ke ruang publik  yang baru. Belasan keris berbagai bentuk pun ikut di pamerkan,” tutur rektor ISI Solo, Prof. Dr Waridi, yang didaulat membuka pameran tersebut.












0 komentar:

Posting Komentar