Kalimat Efektif dan Tidak Efektif


Angga Prasetyo | 21.20 |


Kalimat efektif ialah kalimat yang singkat, padat, dapat menyampaikan pesan secara tepat, dan dapat dipahami secara tepat pula. Kalimat efektif dituntut oleh beberapa ketepatan, baik ketepatan pilihan kata, bentuk kata, pola kalimat, maupun makna kalimat.

Sebab-sebab ketidakefektifan kalimat di antaranya adalah :
a)     Kontaminasi/kerancuan : pengacauan dua struktur yang benar sehingga menghasilkan struktur yang salah. Misal :
·        Diperlebar, dilebarkan àdiperlebarkan (salah)
·        Sangat baik, baik sekali àsangat baik sekali (salah)
·        Saling memukul, pukul-memukul àsaling pukul- memukul (salah)
·        Di sekolah/ diadakan/ pentas seni. Sekolah/ mengadakan/ pentas seni àDi sekolah mengadakan pentas seni (salah)
b)    Pleonasme (berlebihan, tumpang tindih), karena berlebihan akibatnya ada kata yang mubazir. Contoh :
·                    Para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu memakai para)
·                    Para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
·                    Saling pukul-memukul (pukul-memukul sudahbermakna ‘saling’)
c)     Tidak memiliki subyek. Kalimat tidak bersubyek bisa disebabkan oleh kontaminasi/kerancuan. Contoh :
·                    Buah mangga /mengandung/ vitamin C. (SPO)
·                    Di dalam buah mangga/ terkandung/ vitamin C. (KPS)
           àDi dalam buah mangga /mengandung/ vitamin C. (KPO)
                                   K                             P                 O
d)    Adanya kata depan yang tidak perlu, contoh :
·                    Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
·                    Kepada siswa kelas 7 diharap berkumpul di aula.
·                    Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
e)     Salah nalar, contoh :
·                    Waktu dan tempat dipersilakan. (Siapa yang dipersilakan?)
·                    Mobil Pak Joyo mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
f)      Kesalahan bentuk kata, contoh :
·                    Ilmiawan, mengenyampingkan, melola, mentrapkan
·                    Orang tuanya diberikan uang Rp 100.000,00 per bulan.
g)     Pengaruh bahasa asing, contoh :
·                    Rumah di mana ia tinggal …… ( the house where he live )
·                    Sebab-sebab daripada perselisihan ….( cause of the quarrel )
·                    Saya telah katakan …. ( I have told )
h)    Pengaruh bahasa daerah, missal :
·                    …… sudah pada hadir. ( Jawa: wis padha teka )
·                    …… oleh saya. ( Sunda: ku abdi )

Contoh-contoh kalimat tidak efektif :

1.                 Banyak gedung-gedung megah di kota itu.
2.                 Kota di mana koruptor itu divonis dijaga petugas.
3.                 Ketekunan adalah merupakan modal untuk mencapai kemajuan.
4.                 Bagi mereka yang pernah pergi ke Dieng pasti merasakan betapa dinginnya udara di sana.
5.                 Kepada yang belum membayar SPI diharap ke kantor.
6.                 Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
7.                 Pada zaman dahulu kala kaum wanita yang bersekolah sangat sedikit sekali.
8.                 Acara selanjutnya ialah wejangan dari Bapak Direktur. Waktu dan tempat dipersilakan.
9.                 Para hadirin dipersilakan berdiri sejenak.
10.            Dengan ditundanya pertunjukkan itu membuat penonton kecewa.

SOAL-SOAL LATIHAN:
Tentukan jenis kesalahan kalimat berikut, dan perbaikilah agar menjadi kalimat baku/ efektif!
1.                Kedatangannya Bapak Gubernur sangat diharapkan sekali.
2.                Meskipun ia pandai, tetapi ia tidak pernah sombong.
3.                Atas perhatiannya saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih.
4.                Setelah berulangkali ia berlatih barulah bagus prestasinya.
5.                Antara sesama peserta seminar saling bertukar pikiran.
6.                Pada PON yang baru lalu mengikutsertakan para penyandang cacat.
7.                Untuk orang tuanya sendiri diberikan uang setengah juta rupiah.
8.                Bagi saya sangat tertarik terhadap cara dia berpakaian.
9.                Rumah Pak Hasan yang baru dibangun itu mau dijual.
10.           Kedua orang itu saling dorong-mendorong.
11.           Dirgahayu HUT kemerdekaan RI.
12.           Kami telah membicarakan tentang masalah lingkungan hidup ini hari.
13.           Bola gagal masuk gawang. Bola tidak berhasil masuk gawang.
14.           Penyelundup obat itu berhasil ditangkap polisi.
15.           Dalam iklan itu menginformasikan bahwa perusahaan yang Bapak pimpin memerlukan tenaga lulusan SMK.
16.           Bersama surat ini kami beritahukan bahwa ………..
17.           Demikian pemberitahuan kami. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
18.           Melihat kami datang, segeralah ia membungkukkan kepala.
19.           Mereka menginap di Garuda Setia hotel.
20.           Saya benci padanya karena tiap disapa ia acuh saja.
21.           Kalau udara dingin saya suka batuk.
22.           Hanya ini saja yang dapat saya sampaikan.
23.           Lamaran ditujukan langsung ke Kotak Pos 9 Kotagede.
24.           Dibutuhkan teknisi yang sangat professional sekali.
25.           Melalui PKL dapat meningkatkan wawasan siswa.
26.           Dengan PSG akan lebih meningkatkan profesionalisme lulusan SMK.




BAHASA BAKU ( BAHASA STANDAR/RESMI )
Bahasa baku merupakan salah satu ragam bahasa yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi/formal baik lisan maupun tulisan yang pada umumnya mengacu pada bahasa orang terdidik/terpelajar.
Bahasa baku dipakai untuk:
1.  Komunikasi  resmi, misalnya surat resmi atau surat dinas, pengumuman resmi, perundang-undangan.
2.  Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah (kertas kerja), buku keilmuan, tesis, disertasi
3.  Pembicaraan di muka umum, misalnya memberikan pelajaran, memberikan kuliah, rapat dinas, konferensi, kongres, pidato kenegaraan
4.  Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan pejabat, dengan guru/dosen, dengan orang yang baru dikenal

Segi kebahasaan yang telah diupayakan pembakuannya meliputi :
1.  Ejaan, yakni dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
2.  Istilah, yakni dengan Pedoman Pembentukan Istilah
3.  Kosa kata, yakni dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia
4.  Tata bahasa, yakni dengan buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

RAGAM INFORMAL (TIDAK RESMI, TIDAK BAKU )
Ragam informal merupakan ragam nonbaku. Ragam ini hanya layak untuk dipakai dalam situasi yang tidak resmi atau situasi pergaulan.
Ragam informal ditandai oleh beberapa aspek, antara lain:
1.  Kosa kata, yaitu pemakaian kata-kata pergaulan, misalnya bikin, lo, gue, ente, cewek, cowok, kagak, kenapa, bilang, babe, ketawa.
2.  Morfologi (tata bentuk kata), yaitu pemakaian bentuk nonbaku, misalnya: dibohongin, ngirim, biarin, nyerang, nulis, ngetik, nabung, ngipasin, mikirin, ngasih.
3.  Sintaksis (tata kalimat), yaitu pemakaian struktur sintaksis nonbaku misalnya: saya punya istri, kami akan bayar, dibaca oleh saya, sudah pada datang, para hadirin, saling pukul-memukul, amat sangat pandai, ini hari, itu anak.

Contoh-contoh kalimat ragam informal (nonbaku):
·        Indonesia sudah bisa buat pesawat terbang.
·        Saya mau ngirim surat.
·        Itu anak kebangetan, disuruh malah tidur.
·        Mereka tidak pakai helm.
·        Para tamu sudah pada hadir.
·        Mereka sedang mendiskusikan tentang situasi ekonomi dunia.
·        Hal ini sudah sesuai dengan ketentuan.
·        Bagi siswa yang belum membayar SPP harap ke kantor.
·        Kepada kelas 9 diharap segera mengumpulkan laporan.
·        Kami sudah dikasih tugas.
·        Keberhasilan daripada pembangunan juga ditentukan oleh partisipasi rakyat.

1 komentar:

{ Egy } at: 3 Juni 2021 pukul 08.15 mengatakan...

apa ada jawaban dari soaal di aras

Posting Komentar